
Another trip to Setiabudi 21. Kali ini di Studio 1, jam 19.45. As always, audiens aku dan
Ajengku. Tak dinyana, ternyata peminat film ini lumayan banyak. Kami yang datang jam 7 an lebih dapet tiket di pojok, walaupun masih di barisan A. Jauh dari tempat favorit kami di pinggir gang. Film yang jadi pilihan adalah Beowulf.
Setelah habis satu paket french fries, kurang 15 menit dari 19.45, pintu masuk teater 1 pun dibuka. Kami masuk, dan segera duduk.
Tidak lama, film pun dimulai.
Cerita dibuka dengan suasana pesta di sebuah kampung di Denmark tahun 503 AD. Mereka sedang berpesta bergembira ria merayakan entah apa, dan ketika tiba-tiba datang sebuah mahluk menyerupai manusia yang berukuran raksasa. Mahluk itu , yang bernama Grendel, mengamuk dan mengobrak abrik pesta yang sedang berlangsung. Kepanikan disana-sini. Banyak orang terbunuh. Setelah memporakporandakan pesta, Grendel menghilang. Si raja, Hrathgor, yang diperankan oleh Anthony Hopkins, menyetujui niat si pejuang Beowulf (Ray Winston) untuk membantunya membunuh Grendel di sarangnya di pegunungan. Beowulf datang ke sarang Grendel, dan membunuhnya. Ibu dari Grendel ini, yang diperankan oleh bintang Hollywood nan cuantik jelita dan sexy, si Angelina Jolie, merayu Beowulf untuk mau menjadi pasangannya.
Lalu Beowulf kembali ke desa itu, dan ia menjadi raja, setelah Hrathgor menyerahkan tampik kekuasaan kepada dirinya.
50 tahun kemudian, ada seekor naga yang mengamuk di daerah kekuasaannya. Naga ini ternyata adalah anaknya sendiri, hasil pergaulannya dengan si Ibu Grendel yang suexy tadi.
Naga itu akhirnya bisa dibunuh, namun harus dibayar pula dengan nyawa Beowulf.
Sebenarnya tidak ada yg istimewa dari film yg diadaptasi dari naskah cerita Inggris kuno ini. Paling tidak ia lumayan menjadi pelengkap, satu lagi utk mengisi deretan film-film bergenre naga yg pernah ada sebelumnya. Yang patut diberi catatan barangkali adalah teknologi yang menyertai pembuatannya. Beowulf dibuat dgn teknologi yang sama dgn film animasi The Polar Express. (Lihat foto Jolie sedang mengenakan pakaian bersensor laser utk pembuatan film ini)

Hasilnya adalah animasi yang sangat super-realisme, seperti film "300" (baca: Three Hundred) yg pernah ada di bioskop beberapa bulan lalu.
Film ini juga menyisipkan aksi-aksi manusiawi karakter-karakternya. Sosok raja (Hrathgor, dan kemudian Beowulf sendiri) yang biasanya digambarkan sebagai manusia tanpa cela (hampir aku bilang manusia setengah dewa..hihihi...) di film ini digambarkan sebagai sosok laki-laki yg normal, yg ternyata tidak tahan juga dengan godaan monster serem sesuexy mbak Angelina Jolie (liat gambarnya di awal tulisan ini).
Dari sisi artistik animasi, film ini cukup menghibur. Namun, tidak ada sesuatu yg baru yg ditawarkannya. Ceritanya, kita seperti pernah melihatnya di satu film terdahulu. Teknologinya apa lagi, jelas-jelas sama dgn film animasi yg disebut tadi. Lumayan cukup menghibur. Yang perlu diingat lagi, ini film animasi, bukan film kartun anak-anak. So, please dont bring your kids to watch this movie. It is so unappropriate.
No comments:
Post a Comment