Tuesday, December 4, 2007

The Kingdom - Another reason to hate America?


Film ini bertabur bintang. Ada Oscar-winner Jamie Foxx, Chris Cooper, sang Elektra Jennifer Garner, dan pemenang Golden Globe award, Jason Bateman. Rottentomatoes memberi rating 53% dari 120 kuisioner. "The Kingdom" disutradarai oleh Peter Berg, dan di co-produseri oleh Michel Mann, sang sutradara dari film action legendaris, Heat.

Plot "The Kingdom" mengisahkan satu tim agen FBI yang pergi menyelidiki serangan bom di perumahan warga AS di Riyadh, Arab Saudi. Bahkan sebelum berangkat pun, Deplu AS menolak menyetujui kepergian tim FBI tersebut karena tidak ingin merusak hubungan diplomatik dgn Saudi. Ketika sampai di lokasi, begitu banyak hambatan menghalangi investigasi yang akan mereka lakukan. Tim baru bisa bergerak lebih bebas ketika mendapat jaminan dari Sultan, yang ingin mendapat kredit atas penyelidikan itu. Investigasi tersebut membawa mereka ke daerah yang berbahaya. Di tengah investigasi, seorang anggota tim diculik, dan investigasi ini berubah menjadi pertempuran mengejar waktu demi menyelamatkan salah seorang dari mereka.

Film ini dipenuhi bumbu action. Agak hardcore malahan kalo boleh saya bilang. Intense action and realisme dari adegan ke adegan. Michael Mann sutradara "Heat" memberikan kesan action yang sangat real. Ledakan bom, tembak-menembak semua seru bikin jantungan. Namun film ini juga diwarnai oleh kejutan kultural yang mewarnai hari-hari para agen FBI, mulai dari cara greetings, terutama kebiasaan Arab yang beda jauh dari kebiasaan AS memperlakukan seorang wanita, membuat salah seorang anggota tim agak salah tingkah.

"The Kingdom" disyuting sebagian besar justru di AS. Dengan sedikit syuting juga di Dubai, Uni Emirat Arab. Agak disayangkan film yang menggambarkan tentang Arab Saudi justru disyut di UAE. Para penonton film yang memperhatikan detil pasti akan kecewa.
Kritikus juga menilai film ini memberikan satu lagi alasan bagi dunia Arab untuk membenci Amerika. Saya menyayangkan ending film yang tidak memberikan semangat damai bagi semua pihak. Sangat sangat menyayangkan. Endingnya ingin memberikan kesan bahwa permusuhan antara Arab dan Amerika atau barat ini masih akan berlanjut. "We will kill'em all."
Patut disayangkan. Padahal film ini sudah cukup menghibur dengan adegan aksi yang mendebarkan. Sayang sekali.

Redacted - Violence breeds violence

"Redacted" menjadi film pembuka dalam beberapa festival film di Toronto Canada, di New York, dan di Venice, Itali.

Film besutan sutradara kondang Brian De Palma ini menyajikan kekerasan, extra-realisme, dan satu lagi gambaran tentang ulah "orang-orang stres bersenjata" yang membabi buta di Iraq. Terinspirasi oleh kisah nyata tentang pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis Iraq dan keluarganya oleh oknum AD-AS tahun 2006 (wikipedia: Mahmudiyah killings), Redacted mengisahkan tentang seorang prajurit AD-AS bernama Angel Salazar (Izzy Diaz) yang bercita-cita menjadi seorang sutradara terkenal di Hollywood.

Dalam masa tugasnya di Iraq, ia sekaligus membuat film dokumenter hanya dengan bermodalkan handycam biasa. Ia berharap, film ini akan jadi tiketnya utk menuju Hollywood. Namun sayangnya, suatu hari ia ditemukan tewas setelah hilang selama beberapa hari. Kelompok fundamentalis Iraq mengaku bertanggungjawab atas penculikan dan pembunuhan dirinya, sebagai aksi balas dendam atas pemerkosaan dan pembunuhan satu keluarga yang dilakukan oleh beberapa orang teman satu unit Salazar.
Film ini disajikan bergaya dokumenter, banyak adegan yang diambil dengan handycam, lalu ada lagi adegan yang seakan diambil dari kamera pengawas (cctv).
De Palma banyak menerima kritik atas film ini, kebanyakan beranggapan bahwa film ini sebagai propaganda untuk melemahkan semangat pasukan Amerika di Iraq, lalu beranggapan bahwa De Palma memberikan stereotype pasukan AS yang sering berlaku kasar kepada rakyat Iraq.

Sepertinya kemajuan teknik spesial efek memungkinkan extra-realisme di "Redacted" untuk tertayang utuh ke dalam layar perak. Adegan kaki putus karena menginjak ranjau, atau adegan "decapitation" oleh kaum fundamentalis terasa sangat real. Belum lagi adegan pemerkosaan yang terkesan agak vulgar, semuanya memaksa kita untuk berpikir ulang, sejauh mana batasan para sutradara dalam menyajikan realisme dalam sebuah film. Realisme is good, but not this far, please.

Monday, November 26, 2007

Quickie Express - Kocak, Segar, dan Berani

Belum pernah dalam seumur pengalaman kami antre di Setiabudi 21, ada sebuah film yang diantre oleh sekian banyak orang.
Film jam 17.20 yang jadi sasaran pertama ternyata luput, karena ketika sampai di depan loket, yang tersisa tinggal satu baris bangku terdepan. Kuurungkan niat memaksakan diri, dan akhirnya kubeli tiket utk jam 20.05, 2 Seat favorit kami di pinggir gang baris A yang ternyata masih kosong.

Antusiasme orang-orang terlihat bahkan sejak mulai menunggu untuk masuk ke gedung bioskopnya.Kami ada di baris terdepan diantara orang-orang yg antre menunggu seblum kami diperbolehkan masuk oleh mbak-mbak penyobek karcis.
Beberapa kali pintu dibuka, dan kami menunggu dengan antisipasi yg sangat tinggi, kapan akan dibolehkan masuk. Akhirnya jam 8pm lewat sekian, kami boleh masuk juga. Antrean di belakang kami udah kaya pasar malem, atau pasar pagi. Whatever..

Quickie Express mengisahkan tentang kisah tiga orang pemuda bernama Jojo (Tora Sudiro), Marle (Aming), dan Piktor (Lukman Sardi). Jojo, seorang pemuda kere, udah mencoba berbagai macam kerjaan mulai dari tukang tato sampai tukang tambal ban. Ketika suatu hari di tempat kerjanya (tukang tambal ban) dia bertemu dengan Om Mudakir, seorang 'pimp' kelas kakap, yg punya training center khusus utk para gigolo berkedok pengantar pizza, Quickie Express. Tertarik dgn tampang dan body macho Jojo, om Mudakir menawari Jojo utk menjadi gigolo. Di akademi gigolo Quickie Express ini Jojo bertemu dengan teman satu angkatannya, Marle, dan Piktor. Bertiga mereka belajar menjadi gigolo dengan baik dan benar. Mulai dari belajar alat reproduksi, sampai ke cara merayu seorang wanita.

Klien demi klien mereka dapatkan, sampai akhirnya bertemulah Jojo dengan Tante Mona (Ira Maya Sopha), seorang tante kaya kesepian. Masalah mulai timbul ketika Tante Mona ternyata jatuh cinta kepada Jojo, dan mengajaknya kawin lari ke luar negeri. Pada saat yang sama, Jojo sedang kasmaran dengan Lila (Sandra Dewi--yang kalo diperhatiin lama-lama mirip Dian Sastro), yang ternyata adalah anak dari Tante Mona, dan Jan Piter Gunarto (Rudy Wowor), bos preman.
Sebenarnya banyak hal yang disinggung oleh film ini. Tema besar dari film ini yang mengangkat kehidupan seorang gigolo saja sudah termasuk nyeleneh untuk ukuran orang Indonesia. Hal-hal seperti seks bebas, gigolo, pelacuran, narkoba, sampai ke adegan ciuman mesra di bibir dalam film selama ini termasuk yang agak tabu dibicarakan.

Kita biasanya suka membicarakan, tapi kita menjaga supaya orang lain tidak tahu kalau kita lagi membicarakan seks, atau malah lebih parah lagi, kita suka dan doyan ngomongin seks dan nonton bokep, tapi berpura-pura alim. Film ini seperti menemukan auranya di tengah kultur masyarakat yang seperti ini. Gigolo, adegan ciuman mesra, homoseksual, semua masih tergolong tema-tema baru yang menunggu untuk dibahas dan dibuka keluar oleh produk-produk budaya, dan film ini menjadi jembatan yang pas untuknya.

Keberanian sutradara (Dimas Jay) membahas tema-tema ini dalam balutan joke-joke yang segar, ditingkahi aktor-aktor yang terkenal kocak (aming dan tora), dan gadis-gadis cantik, akan menjadikan film ini termasuk sebagai salah satu film yang wajib tonton untuk memperkaya khasanah budaya dan wawasan pemikiran kita. Sehingga bisa menyegarkan pandangan kita yang selama ini butek oleh film-film horor dan cinta-cintaan remaja.

Tuesday, November 20, 2007

Lions for lambs - kritik usang sang penentang


Penggagas Sundance Institute dan Sundance Film Festival, Robert Redford menjadi sutradara dan
sekaligus pemain dari film ini. Plot film ini menceritakan tentang sebuah rentang waktu satu jam yg terisi oleh tiga kejadian terpisah yang saling berkaitan.

Redford menjadi seorang profesor (alias dosen) yang mencoba membangkitkan lagi semangat dan gairah anak didiknya, terutama seorang mahasiswa pintar bernama Todd Hayes (diperankan oleh Andrew Garfield), dengan cara menceritakan kisah tentang bekas mahasiswanya yg bernama Arian (Derek Luke) dan Ernest (Michael Pena) dua orang mahasiswa dari ras minoritas, yg memutuskan utk bergabung dgn US Army, sebagai cara mereka utk ikut terlibat dan berpartisipasi utk mewujudkan cita-cita mereka membuat dunia yg lebih baik.

Pada rentang waktu satu jam yg sama, Arian dan Ernest, saat ini sudah bergabung di kesatuan elit Army Rangers, sedang akan memulai satu misi utk menguasai dataran tinggi di Afghanistan, yang berdasarkan intel, daerah itu kosong dan tak berpenghuni.
Informasi intelijen ini datang dari seorang senator Republikan, Jasper Irving, yang diperankan oleh Tom Cruise, seorang mantan jendral US Army yg telah lama berkecimpung di dunia intelijen. Sang senator, pada rentang waktu satu jam yang sama juga sedang diinterview oleh reporter senior sebuah media network (yg diperankan dgn sangat baik oleh Merryl Streep), Janine Roth.
Irving diinterview tersebut menjelaskan sebuah strategi baru utk memenangkan perang di Afghanistan yaitu dengan menguasai dataran tinggi di pegunungan Afghanistan, dengan mengirimkan satuan-satuan kecil pasukan Army Rangers.

Film ini sarat dipenuhi kritik sosial, terhadap keputusan Amerika utk menyerang Iraq dan Afghanistan, juga terhadap sistem pendidikan Amerika, serta kritik terhadap perlakuan pemerintah thdp etnis minoritas di AS, serta semua kritik sosial terhadap pemerintah AS.
Dialog antara sang profesor dan mahasiswanya menjadi terlalu berat, dipenuhi oleh kritik-kritik usang. Seperti membaca sebuah koran pagi di negara dunia ketiga yg penduduknya tidak menyukai Amerika, atau membaca halaman blog seorang kritikus politik di internet.

Secara isi substansi cerita yg ingin disampaikan, film ini boleh dibilang tidak menawarkan sesuatu yg baru, dan hanya berdiri di pihak para kritikus kebijakan. Pribadi Redford sebagai seorang penentang, sangat mempengaruhi seluruh isi pesan yg hendak disampaikan. Walaupun itu akhirnya jadi suatu yg usang.
Di lain pihak, dialog pintar yg terjadi tidak didukung oleh penggambaran detail yg kita biasanya harapkan dari film-film kelas Oscar. Ini terutama terlihat saat adegan perang di pegunungan Afghanistan. Bloopers yg biasanya kita hanya bisa sadari setelah melihat film yg sama secara berulang-ulang, kali ini terlihat langsung pada saat pertama kali melihat. Patut disayangkan bahwa film yg dibintangi oleh tiga bintang besar, Robert Redford, Merryl Streep, dan Tom Cruise, serta disutradarai oleh Robert Redford (yg mana satu-satunya Oscar yg pernah beliau peroleh adalah dari penyutradaraan, bukan dari akting) masih dihiasi oleh bloopers sepele macam ini.
Akhir kata, film ini sebenarnya akan sangat menarik bila Redford bisa menawarkan suatu sudut pandang baru dalam melihat permasalahan yg ada, dan bukan terpaku pada satu sisi kritik yg sudah usang.

Beuwolf - Hero juga manusia (laki-laki tepatnya)


Another trip to Setiabudi 21. Kali ini di Studio 1, jam 19.45. As always, audiens aku dan
Ajengku. Tak dinyana, ternyata peminat film ini lumayan banyak. Kami yang datang jam 7 an lebih dapet tiket di pojok, walaupun masih di barisan A. Jauh dari tempat favorit kami di pinggir gang. Film yang jadi pilihan adalah Beowulf.
Setelah habis satu paket french fries, kurang 15 menit dari 19.45, pintu masuk teater 1 pun dibuka. Kami masuk, dan segera duduk.
Tidak lama, film pun dimulai.

Cerita dibuka dengan suasana pesta di sebuah kampung di Denmark tahun 503 AD. Mereka sedang berpesta bergembira ria merayakan entah apa, dan ketika tiba-tiba datang sebuah mahluk menyerupai manusia yang berukuran raksasa. Mahluk itu , yang bernama Grendel, mengamuk dan mengobrak abrik pesta yang sedang berlangsung. Kepanikan disana-sini. Banyak orang terbunuh. Setelah memporakporandakan pesta, Grendel menghilang. Si raja, Hrathgor, yang diperankan oleh Anthony Hopkins, menyetujui niat si pejuang Beowulf (Ray Winston) untuk membantunya membunuh Grendel di sarangnya di pegunungan. Beowulf datang ke sarang Grendel, dan membunuhnya. Ibu dari Grendel ini, yang diperankan oleh bintang Hollywood nan cuantik jelita dan sexy, si Angelina Jolie, merayu Beowulf untuk mau menjadi pasangannya.
Lalu Beowulf kembali ke desa itu, dan ia menjadi raja, setelah Hrathgor menyerahkan tampik kekuasaan kepada dirinya.

50 tahun kemudian, ada seekor naga yang mengamuk di daerah kekuasaannya. Naga ini ternyata adalah anaknya sendiri, hasil pergaulannya dengan si Ibu Grendel yang suexy tadi.
Naga itu akhirnya bisa dibunuh, namun harus dibayar pula dengan nyawa Beowulf.
Sebenarnya tidak ada yg istimewa dari film yg diadaptasi dari naskah cerita Inggris kuno ini. Paling tidak ia lumayan menjadi pelengkap, satu lagi utk mengisi deretan film-film bergenre naga yg pernah ada sebelumnya. Yang patut diberi catatan barangkali adalah teknologi yang menyertai pembuatannya. Beowulf dibuat dgn teknologi yang sama dgn film animasi The Polar Express. (Lihat foto Jolie sedang mengenakan pakaian bersensor laser utk pembuatan film ini)

Hasilnya adalah animasi yang sangat super-realisme, seperti film "300" (baca: Three Hundred) yg pernah ada di bioskop beberapa bulan lalu.

Film ini juga menyisipkan aksi-aksi manusiawi karakter-karakternya. Sosok raja (Hrathgor, dan kemudian Beowulf sendiri) yang biasanya digambarkan sebagai manusia tanpa cela (hampir aku bilang manusia setengah dewa..hihihi...) di film ini digambarkan sebagai sosok laki-laki yg normal, yg ternyata tidak tahan juga dengan godaan monster serem sesuexy mbak Angelina Jolie (liat gambarnya di awal tulisan ini).
Dari sisi artistik animasi, film ini cukup menghibur. Namun, tidak ada sesuatu yg baru yg ditawarkannya. Ceritanya, kita seperti pernah melihatnya di satu film terdahulu. Teknologinya apa lagi, jelas-jelas sama dgn film animasi yg disebut tadi. Lumayan cukup menghibur. Yang perlu diingat lagi, ini film animasi, bukan film kartun anak-anak. So, please dont bring your kids to watch this movie. It is so unappropriate.

Friday, October 5, 2007

No Reservations


Watching this movie at first, remind me of Ratatouille. An animated film about a rat who can cook very well, and end up helping a real cook who can not cook at all.


Kate, played by Catherine Zeta Jones is a top chef in a small but sophisticated restaurant called 22 Bleecker street in downtown New York. She has a very discipline, perfectionist, no-nonsense and uptight attitude that made her very hard to approach. But she is a very good chef. She works till late in the evening to made dishes, coordinate the kitchen, and greet fans who has come to that restaurant to enjoy her cooking. She also very high-tempered, and will charge instantly to any customer who thinks that the perfect cooking that she has prepared is still lacking.

Her life was changed when one day suddenly she lost a sister to an accident, and as the only relatives, she has to take care of Zoe, the daughter of her sister, played well by Abigail Breslin.

As days goes by, Kate has to face fact that she is not living alone anymore, and she has to adapt to Zoe, and be a mother for her too. This turns out to be not that easy. She has to divide her time between Zoe and the restaurant. To assist Kate,the owner of the restaurant hire a help in the kitchen, a talented chef name Nick. Nick turns out to be a very fun person. This opera-singing chef brings happiness to people around him, and everybody love him because of that.

Initially, Kate went cold to him, but gradually started to like him of his fun attitude, especially when he can make Zoe cheer up again.

This movie is an adaptation of a 2001 German movie called 'Mostly Martha. I read about "Mostly Martha" on the web. and it was nicely done movie, critics said. But "No Reservations" is not doing it the same. To tell you the truth, i can always tell if a movie turns out to be good or bad, in the first 15 minutes of the movie. And "No Reservations" really bored me to death in the first 15 minutes.

Everything going slowly. And after 15 minutes passed by, i can predict what will happen in the end. I think the writer got confused trying to focus in which genre. is it the romantic-comedy genre, or the sad-drama about a child trying to cope for her mother's death. This movie is trying to fit both genres in, and end up dissapointing.

I will not recommend this movie to be watched. But maybe if youre still dont have anything better to do, and you have no HBO at home, you can go spend the money to watch this movie. I will strongly suggest you to wait until the dvd available in ambas. hehehe...

here's a trivia: in almost every outdoor scene, theres someone in the background walking his/her dog, no matter day or night..just watch..

The Game Plan and Rp400k per person dinner



yesterday afternoon di tengah2 suasana males kerja dan lagi bingung mikir mau buka apa nanti sore my love call me dan ask me to accompany her to acara kantornya sorenya pas buka puasa. she said there gonna be premier run of a new movie called "Game Plan", and that The Rock will be starring that movie.

so on 4pm i race to the nearest busway-stop, and to my surprise, theres a lot of people already waiting for the busway. cape deh..jadi antrelah aku. lalulintas di jalur cepat dan lambat di depan ratu plasa udh berhenti total. maced parah. dan antriannya alamakkkkk desel-deselan kaya antre sembako. setelah menunggu hampir 15menitan barulah dapet giliran saya naik busway. my savior from the traffic jam--i thought. i was wrong. karena baswenya baru berjalan sekitar 500meter tepat di seberang bej dan dia berhenti. ikutan macet. ternyata karena jalur busway yg lewat bawah semanggi sepanjang hampir 300meteran itu direnovasi dan ditutup, sehingga mereka harus keluar ikut ke jalur cepat semanggi dan baru balik masuk lagi di depan atma. makan waktu setengah jam lebih gara2 macet disitu aja.

selepas itu smooth ride all the way to halte sarinah, where i got off and walked to jakarta teater. sampe di depan lotus ternyata lagi ada bazaar dan kutemukan kekasihku sedang belanja. xixixixi.....mentang2 abis terima thr. langsung deh kalap. (xixixi peace sayang)

so, gak sampe sepuluh menit kemudian azan magrib berkumandang dan kami batalkan puasa dgn yang seratus persen itu, lalu jalan ke venue berbuka puasa. kita masuk dari belakang deket gedung parkir, ternyata aku baru tau juga disitu ada satu tempat yg cukup luas seperti gedung teater yg diluarnya ada lounge and smoking room. di lounge ini ditata buffet-nya. so, using invitation card dari si bos yg decided not to come (yg ternyata kemudian dia jadidateng juga) we got in.

udah banyak orang disana, so we directly proceed to the buffet (lapar bo') dan langsung ikut antre. hmm nasi putih biasa, terus ada sayuran gak jelas gitu, terus di depan ada fillet ikan kakap goreng yg tdk begitu menarik, nah di depannya lagi ada roastbeef dgn saus jamur yg keliatannya yummy sekali. abis itu ada sate di ayam di pojokan, keliatanmasih banyak, jadi mgk gak begitu dilirik ama orang2. yg ampir2 abis adalah si roastbeef dan kakap itu. segera kupenuhi piring dengan roastbeef dan nasi setengah bakul; eh gak ding wong disitu gak pake bakul. hehe..

abis ambil makanan kami masuk ke dalam sebuah ruangan besar dimana udh banyak table disusun dan di deket bar ada beberapa baris kursi yg kosong. ada beberapa wajah yg familiar. seperti pernah liat dimana ya...eh tau2 di depanku mecungul wajahnya si sarah sechan dan dave hendrik lagi--mereka lewat sambil si sarah bilang ke dave kalau parkirnya susah banget bo disini. hmm...thats when i look around and realise kalo ternyata ada banyak sekali selebritis di ruangan itu.

bapak mc ternyata si penyiar hardrock/pembawa acara insert trans tv/penulis kolom di fhm indonesia itu, si siapa yg rambutnya jabrik pake kacamata...??? ada indra herlambang, meisya (yg ternyata cuantik sekawi), becky tumewu, irgi fahrezi (the only selebs in d room that look straight--hehee), nah ada lagi masayu, tomas jorgi (dandannya enggak banget deh), terus si dave hendrik tadi pake baju batik pak lurah, terus ada lagi si alien eh aline tambunan (so hot...), and last but not least,...mrs glenn fredly...dewi sandra herself. but, bojonya ga ikut kayanya,
dan ada beberapa lagi artis2 yg biasa masuk tipi. dan ternyata dimana2 banyak wartawan dan kameramen dari infotainment, ada dari anteve, trans7, trans tv, terus banyak fotografer...waw...kayanya event ini cukup penting.

after that i was so busy eating...and man...i couldnt describe the food..it was delicious pangkat seribu...!!! enak bangetttttt.........belum pernah nemu roastbeef seempuk dan bumbu seenak itu di acara apapun yg pernah aku datangi sebelumnya (dasar katro). anyway, aku sibuk bolak balik makan, ambil sate dan nambah roastbeef lagi (minus nasi). sampe kekenyangan dan tak sanggup lagi nambah. salah seorang panitia, kebetulan ex-boss of my love said that the dinner is Rp 400ribu per orang by William Wongso. hmmm...no wonder..

acaranya ternyata adalah service kepada para nasabah besar danamon, yg dihadiri artis2 dan seleb, serta para penggembira. konsep acaranya adalah makan dan nonton. casual dinner and movie date. lucu juga. did i mention movie? yes, karena jam 7nya kita semua dan para tamu pindah ke teater 1 untuk nonton film berjudul "Game Plan" yg dibintangi dwayne "the rock" johnson. filmnya komedi romantis.

the story revolve around joe kingman (the rock), seorang bintang football terkenal dan kaya raya yang tiba-tiba harus memelihara anaknya yg selama ini dia gak tau bhw dia ada. kehebohan dan kerepotan yg harus dijalani dalam memelihara seorang anak (mengingat biasanya dia adalah seorang bujangan yg hidup penuh dgn party dan dikelilingi gadis2 cantik) jadi kisah yg memenuhi film ini, dan menghidupkan film ini. the rock memainkan peran ini dengan baik sekali, dan sedikit mereduksi imej seorang pegulat wwf yg biasa kita lihat darinya. ceritanya mulai bergulir, joe kingman yg tadinya hidup dgn imej sangar seorang pemain futbol lambat laun menyesuaikan diri dengan kehadiran seorang gadis kecil berumur 8 tahun bernama Peyton (Madison Pettis) yg mengisi hari2nya. kesediaan kingman untuk ikut bermain balet dalam pementasan bersama Peyton menjadi turning poin perubahan dalam hidupnya. kingman lambat laun mulai menyadari bahwa dia sangat mencintai Peyton dan tidak bisa hidup tanpanya. namun kingman harus menempuh satu tantangan terbesar lagi, yg menuntutnya utk berkonsentrasi penuh menghadapi final sebuah pertandingan futbol dan menerima sponsorship terbesar sepanjang karirnya, atau memilih menyerah di akhir karirnya dan sepenuhnya fokus pada membesarkan Peyton. berhasilkah dia menghadapi tantangan ini? saksikan filmnya...hahaha...(sorry guys this is a teaser only..and i dont want to publish the ending)

the film lasted until it was 10.15pm. hmm ternyata dinner&movie date ini turn out to be very satisfying. not everyday i got the opportunity to have dinner and then watch romantic comedy movie with the stars. benar2 malam bertabur bintang. thanks ya sayang.

Tuesday, October 2, 2007

Die Hard 4.0 and Transformers


Die Hard 4.0 -- antiklimaksss...

Waduh waduh...kuciwa deh..Die Hard 4.0 bener-bener tidak memuaskan..edi tansil...antiklimakss...very much unlike the previous Die Hards. First, the story. Kayanya writernya bingung mau cari musuh siapa lagi. Musuh dari tiga film sebelumnya masih ada hubungan; teroris di film kedua adalah adik dr teroris di film pertama, dan teroris film ketiga adalah sepupu dr teroris film pertama dan kedua. Nah, teroris di film versi 4.0 ini kayanya bingung mencari identitas. Dan mungkin juga produsernya bingung, mau cari musuh dr mana ya. Gak mungkin pake teroris dari Timur Tengah/ Arab/ Al-Qaeda, krn itu berarti stereotyping, akan bikin blunder, dan akan membatasi area peredaran film--satu hal yg harus dihindari. Ketika mereka beralih ke cyber-teroris, it was the most easy choice.

Sekelompok teroris cyber yg berusaha ngehack ke jaringan komputer AB-AS dan berhasil membikin kekacauan di semua sektor pelayanan publik. Mulai dr pengatur traffic, sampe telekomunikasi, internet, dan jaringan pertahanan. Tapi justru disitulah letak realismenya berkurang. Semua jaringan komunikasi, sekuriti, dan bahkan cctv yg bisa di hack dan dikontrol secara remote, kayanya sampe saat ini belum umum. Akibatnya, orang jadi kehilangan koneksi dengan realitas. Kritik lainnya; masa iya sih jaringan internet dan vpn dari angkatan bersenjata amerika serikat--yg ceritanya negara paling berkuasa di muka bumi--bisa down oleh sekelompok teroris-cyber yg to be honest, menurutku not very well organised. Sulit rasanya percaya sekelompok orang yg keliatannya terlalu sedikit, tidak terlalu canggih, dan tidak terlalu banyak persenjataannya.

FBI dan NSA yg katanya intelijen paling canggih di seantero dunia ini bisa tidak berkutik menghadapi cyber-teroris nanggung (Seorang mantan pejabat IT Pentagon yg kecewa karena dibuang begitu saja setelah usulnya tidak diterima oleh para decision makers di DOD). Terlalu menggampangkan. Kurang komplikasi, dan efeknya kurang realisme. Berikutnya, di film digambarkan para hacker putih yg secara tidak sengaja sempat terlibat dgn teroris cyber ini dibunuh dengan cara men-trigger dari jauh bom yg ditaruh di dekat komputer si hackers ini. Correct me if im wrong, setauku biasanya hackers adalah yg seharian berada di dpn komputer trying to hack into somebody's system. Kapan si teroris itu bisa sempat memasukkan bom ke rmh para hackers tadi??? Masuk akal gak sih...

Jaringan internet dan koneksi badan-badan vital Amerika juga digambarkan begitu gampangnya down, seakan tidak ada failsave-nya, tidak ada backup system yg bisa mentake-over jaringan yg down. aneh sekali. Another kritiks; too many product placements!!! Seperti liat iklan Nokia. Semua hp dari nokia. Mulai dari teroris sampe jagoan, semua janjian pake satu merek alat komunikasi. Anyway, menurut penilaianku, film ini akan jadi sangat garing kl saja tidak ada si teroris cantik yg diperankan Maggie Q--dan tidak ada demo gadget2 canggih. So i guess this recipe is not working anymore Mr John Mc Clane.. u better start thinking another way to amaze people..

July 10, 2007 in Film


akhirnya......a movie worth watching the second time, and maybe third, and fourth..TRANSFORMERS...keren bangeet.........you guys should watch it..really really cool..mulai dari awal sampe akhir...kita akan dibuat ketawa, excited, penasaran, sampe puas banget...
bahkan sampe gak terasa kl my ajeng pegangin tanganku kenceng banget sampe sakit banget...saking tegangnya kita nonton saat optimus habis-habisan dihajar ama megatron..
i'll give 10 out of 10 for authenticity..sentuhan spielberg emang bikin beda banget. tadinya aku expecting something yg film science-fiction biasa. tapi ternyata realisme-nya begitu kental. ditambah bumbu-bumbu humor dari percakapan casual yg mengundang tawa..
dan sebagai penggila peralatan perang dan hal berbau militer, puasssssss banget...hampir semua arsenal angkatan bersenjata amerika dapet bagian dalam adegan-adegannya......mulai dari ac-130 spectre gunship, jet tempur stealth terbaru au as f-22 raptor, f-16 fighting falcon, sampe ke main battle tank m-1 abrams, v-22 osprey, c-17 globemaster.. bahkan sampe ke kapal induk dan battleshipnya...semua ada disitu...gila gila gila...
aku pengen nonton lagi...sayang ayo kita nonton lagi...ajak glen ama habib ya...

July 02, 2007

Friday, February 16, 2007

Welcome to My Sequel

Enjoying and reviewing movies...my way